Adikku Sayang
Nama aku Jean, aku seorang gadis umur 17 tahun. Sore ini aku bertengkar dengan kedua orang tuaku. Selama dua bulan ini keluargaku memang sedang mengalami cobaan yang cukup berat. dua bulan lalu adik perempuanku satu-satunya Tita, lima belas tahun, meminjam mobil ayahku untuk pergi ke ulangtahun John, pacarnya. Tita sangat bersikeras untuk pergi sendiri ke ulang tahun John. Semua orang dirumah menawarkan diri untuk mengantar Tita karena dia belum memiliki SIM. Tapi Tita malam itu sangat keras kepala dan ingin pergi sendiri.
Keras kepala Tita membawa petaka bagi dirinya. Karena baru belajar mobil yang ia tumpangi mengalami kecelakaan tunggal. Mobilnya selip di tikungan, dia melebihi kecepatan yang disarankan, padahal saat itu jalanan licin karena hujan. Mobil yang Tita tumpangi remuk , dan Tita terlempar keluar jendela karena tidak memakai sabuk pengaman.
Seseorang membawanya ke rumah sakit terdekat dan Tita masuk ICU selama 2 minggu, ia koma selama dua minggu. Tentu saja biaya yang dikeluarkan tidak murah. ia menghabiskan uang 3 juta tiap hari. dan aku benci karena hal itu. Kecelakaan yang dialami TIta sangat parah, dia memakai selang oksigen, mengalami gegar otak, patah tulang belakang, patah tulang kaki kanan dan tangan kanan, lima jahitan dimuka, kornea mata kanan terkena pecahan kaca, paru-parunya kemasukan darah, operasi otak dan kerusakan orghan lainnya.
Sebenarnya aku sangat sedih melihat adikku seperti itu, namun makin lama Tita menyusahkan seluruh anggota keluarga. Ia harus diopname di ICU selama 2 bulan dan menghabiskan uang ratusan juta, sampai seluruh anggota keluarga harus menyumbangkan uang demi kesembuhan Tita.
Uang ratusan juta yang dimiliki papah seluruhnya diasuransikan dan jatuh tempu sepuluh tahun lagi. Sampai papa harus menjual 1 mobilnya, 1 mobil masih kurang untuk membiayai pengobatan Tita, sampai mama memintaku untuk menjual mobil baruku, hadiah ulang tahunku yang ke tujuh belas tiga bulan lalu. Rasa sedih yang kurasakan berubah menjadi kebancian yang luar biasa.
Dari tadi mama memaksaku untuk pergi menjenguk Tita kerumah sakit. Senjata ancaman mama pemotongan uang saku juga ia keluarkan agar aku mau pergi menjenguk Tita. Tapi itu sudah tidak manjur untukku, yang terpenting sekarang adalah mobilku.
Keteguhanku membuat mama menyerah, aku lihat dari jendela akhirnya ia pergi bersama papa dan mbok Yem. Sejujurnya aku sangat menyayangi adikku itu, tadinya akulah yang setia menunggu Tita. Hubunganku dengannya memang sangat dekat, mungkin karena umur kami hanya terpaut 2 tahun. Aku dan dia sering pergi berdua ke mal. Kondisi Tita yang sekarang juga membuatkuw rindu dengannya.
Aku ingat, Tita bercita-cita menjadi seorang dokter jantung. Ia sangat ingin mengobati mama dan aku yang memiliki penyakit jantung lemah, bahkan Tita rela dan ikhlas menyerahkan jantungnya buat aku. Mengingat kebaikan-kebaikan TIta membawa lanhkahku pada kamarnya. Kamar ini sepi sekali semenjak Tita di rumah sakit, tapi kamar ini tetap rapi seperti biasanya, Tita sangat menjaga kebersihan kamarnya.
Di alamarinya terpajang banyak sekali foto kami berdua. Bahkan hanya ada satu foto dirinya dengan pacarnya, sangat berbeda sekali dengan pemandangan dikamarku hanya ada fotoku dengan faisal tidak ada sama sekali fotoku denngan dirinya.
Aku membuka buku diary Tita, sebelumnya Tita telah mengijinkan aku untuk membuka buku hariannya itu, karena memang tidak ada rahasia diantara kami berdua. Didalam buku hariannya tanggal 25 September ia bercerita betapa ia sangat swedih dengan kambuhnya penyakitku, ia meminta pada tuhan untuk menguatkan aku saat itu. Bahkan ia meminta untuk memindahkan penyakitku padanya. Ia sangat menyayangi diriku. Membaca buku harian Tita membuatku sadar bahwa Tita lebih penting dari apapun bahkan mobil hadiah ulang tahunku, menyadari hal itu tanpa sadar air mataku mengalir, aku sangat rindu padanya.
Tak berapa lama aku menutup buku harian Tita, tiba-tiba telpon bordering, dengan nada panik mama menyuruhku datang ke ruumah sakit, bahkan ia berjanji untuk tidak menjual mobilku. Dengan segera aku mengambil kunci mobilku dan segera menuju rumah sakit.
Jantungku berdebar begitu keras dalam hati aku berdoa kepada tuhan agar Tita tetap bisa bertahan dan menyambutku dengan senumanya seperti biasa. Kali ini aku benar-benar ingin doaku dikabulkan. Sesampainya dirumah sakit aku jantungku berdebar kencang melihat adi kesayanganku terbujur lemas.aku sungguh tida tega melihat Tita seperti itu. Akhirnya aku memanggil mama dan meminta mama untuk menjual mobilku, karea yang paling penting adalah Tita.
Kalimat Tidak Baku
- Berantem Bertengkar
- Nggak boleh Tidak Boleh
- Bete Kesal
- Nggak Mau Tidak Mau
- Udah Gede Sudah Dewasa
- Ongol Ongol Anak Keras Kepala
- Ngecengin Menggoda
- Ambil aja Ambil Saja
- Kumat Kambuh
- pengen Ingin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar